OKR adalah metode penetapan tujuan yang terdiri dari Objective (tujuan besar) dan Key Results (ukuran keberhasilan yang terukur).
Objective harus inspiratif dan berdampak, bukan tugas operasional harian.
Key Results harus berupa angka, spesifik, terukur, dan dapat diverifikasi.
OKR harus ambisius tetapi realistis, tidak terlalu mudah dan tidak mustahil dicapai.
OKR berbeda dari KPI, karena OKR fokus pada perubahan besar & ambisius.
Banyak perusahaan ingin meniru kesuksesan Google menggunakan OKR, tetapi sering gagal di tengah jalan karena salah menetapkan target.
Masalah utamanya, banyak tim masih belum memahami cara membuat OKR yang benar dan justru menyamakan OKR dengan to-do list atau KPI harian.
Akibatnya, karyawan terlihat sibuk tetapi hasil bisnis tidak benar-benar bergerak. Oleh karena itu, HR perlu memahami dulu apa itu metode OKR hingga cara menyusunnya dengan benar.
Simak pembahasan lengkapnya sebagai berikut!
Konsep Dasar OKR
OKR adalah singkatan dari Objectives and Key Results, yaitu metode penetapan tujuan yang membantu perusahaan menetapkan target sekaligus mengukur pencapaiannya agar terstruktur.
Lantas, OKR dan KPI apakah sama? Jawabannya tidak. KPI biasanya lebih spesifik dan detail, sedangkan OKR justru bersifat lebih umum, ambisius, dan berorientasi pada perubahan besar.
OKR pertama kali diperkenalkan oleh John Doerr. Ia yang memperkenalkan OKR ke Google. Masing-masing komponen penyusun OKR memiliki arti dan karakteristik yang berbeda. Berikut penjelasan lengkapnya:
1. Objective (O)
Objective atau objektif adalah tujuan atau target utama yang ingin diraih dalam satu periode (biasanya kuartal).
Karakteristik objektif bisa dibuat dalam format kualitatif, ambisius dan inspiratif, atau memberi arah jelas.
Contoh:
“Meningkatkan kualitas pengalaman pengguna dalam menggunakan aplikasi.” (Objective yang Kualitatif)
“Menjadi aplikasi HRIS paling direkomendasikan oleh perusahaan di Indonesia pada akhir kuartal ini.” (Objective yang Ambisius & Inspiratif)
“Meningkatkan retensi pelanggan dengan fokus pada perbaikan fitur onboarding dan layanan after-sales.” (Objective yang Memberi Arah Jelas)
2. Key Results (KR)
Key Results adalah indikator kuantitatif yang menunjukkan tingkat keberhasilan dari Objective. Intinya, komponen ini membahas tentang bagaimana bisa tahu kalau objektif tercapai?
Karakteristik KR bisa harus berupa angka (terukur), spesifik & terikat waktu, dan tidak multitafsir
Contoh:
Meningkatkan jumlah leads marketing dari 1.000 menjadi 2.500 per kuartal.
Mencapai tingkat retensi pelanggan sebesar 90% pada Q2.
Mengurangi waktu rata-rata penyelesaian tiket dari 48 jam menjadi 24 jam dalam 3 bulan.
Rumus John Doerr
John Doerr memperkenalkan rumus sederhana untuk mempopulerkan OKR di Google dengan satu rumus sederhana yang hingga kini menjadi format baku dalam pembuatan OKR.
Jika Anda masih bingung tentang bagaimana cara menulis template OKR, bisa ikuti rumus John Doerr yang bunyinya seperti:
“Saya akan [Objective] sebagaimana diukur oleh [Key Results].”
Rumus ini menegaskan bahwa:
Objective: Tujuan besar yang ingin dicapai.
Key Results: Ukuran keberhasilan yang bersifat kuantitatif dan bisa diverifikasi.
Agar makin mudah dipahami, Doerr tidak hanya menjelaskan teorinya, ia memberikan contoh langsung OKR yang ia pakai saat presentasi pertamanya di Google tahun 1999.
Contoh OKR John Doerr saat memperkenalkan OKR ke Google
Objective:
Membangun model perencanaan untuk perusahaan Google.
Key Results:
KR1: Presentasi selesai tepat waktu.
KR2: Membuat satu set contoh OKR kuartalan untuk Google.
KR3: Mendapatkan persetujuan manajemen Google untuk mencoba OKR selama tiga bulan.
Contoh ini menunjukkan bahwa objective-nya sederhana, dan key results-nya terukur (ada output spesifik yang harus dicapai).
Setelah Google mengadopsi pendekatan ini, OKR menjadi kerangka kerja utama untuk menyusun strategi perusahaan dan mengatur alignment seluruh tim.
Cara Menentukan atau Membuat OKR yang Pas untuk Bisnis
Cara membuat OKR perusahaan yang tepat bukan hanya soal menuliskan target. Ada proses berpikir yang perlu dilakukan agar OKR benar-benar fokus, dan mampu mendorong perubahan.
Berikut langkah-langkah yang bisa diikuti:
1. Menentukan Objective
Langkah pertama adalah mengidentifikasi prioritas paling penting untuk periode tertentu, misalnya 1 kuartal atau 90 hari.
Ingat, OKR tidak mencakup semua pekerjaan. OKR hanya berisi hal-hal yang benar-benar memberikan dampak terbesar.
Beberapa pertanyaan yang bisa membantu:
Apa tiga hal terpenting yang harus dicapai bulan/kuartal ini?
Jika satu saja dari daftar itu tercapai, perubahan apa yang akan terasa?
Apa yang harus berubah dari kondisi saat ini?
Kalau daftar lebih dari lima, persempit hingga 3 prioritas. Semakin fokus, semakin mudah dieksekusi. Setelah prioritas jelas, ubahlah menjadi Objective.
Ciri-ciri Objective yang baik:
Signifikan dan punya dampak
Jelas, tidak mengambang
Berorientasi pada aksi
Inspiratif
❌ Contoh Objective yang Tidak Baik
Meningkatkan performa produk.
✅ Contoh Objective yang Baik
Meningkatkan pengalaman pengguna hingga jadi yang terbaik di kategori tahun ini.
2. Menurunkan Key Results yang Terukur
Sesudah Objective jadi, turunkan Key Resultsuntuk mengukur apakah objective tersebut tercapai. Key Results bukan daftar tugas, tetapi indikator hasil.
Ciri Key Results yang baik menurut John Doerr:
Spesifik dan terikat waktu
Agresif tetapi realistis
Terukur dan terverifikasi (harus punya angka)
Contoh:
Objective: Tingkatkan performa penjualan kuartal ini
Key Results:
KR1: Naikkan conversion rate dari 2% menjadi 4%
KR2: Tambah 500 leads baru dari channel organik
KR3: Capai revenue Rp2 miliar dalam 3 bulan
KR4: Kurangi sales cycle dari 30 hari menjadi 20 hari
Monitor OKR Tim Bisa dari HP pakai KantorKu HRIS!
KantorKu HRIS memudahkan monitoring dan updating OKR kapan saja langsung dari HP atau desktop, otomatis tersinkron dengan karyawan!
OKR yang efektif harus diselaraskan secara vertikal maupun horizontal. Tujuannya untuk memastikan semua unit bergerak menuju arah yang sama.
Susunannya sebaiknya dimulai dari OKR Perusahaan > OKR Departmen > OKR Tim > OKR Individual. Setiap objective dapat diturunkan menjadi KR untuk tim.
Contoh:
KR Perusahaan: “Menurunkan churn rate menjadi <3%”
→ Tim Product Objective: Tingkatkan retensi pengguna dengan pengalaman produk yang lebih konsisten dan mudah digunakan.
KR Perusahaan: “Mencapai revenue Rp 50 miliar per tahun”
→ Tim Sales Objective: Meningkatkan penjualan dengan pipeline yang lebih besar dan conversion yang lebih tinggi.
4. Menyesuaikan Tingkat Kesulitan OKR
Cara membuat OKR berikutnya yaitu menyesuaikannya agar ambisius untuk memotivasi, tetapi tetap realistis agar tidak membuat tim frustrasi.
Jika tujuan terlalu tinggi sehingga tim merasa mustahil mencapainya, sebaiknya disesuaikan kembali.
Sebaliknya, jika terlalu mudah, OKR hanya akan menjadi daftar kerja biasa tanpa mendorong pertumbuhan.
5. Review Draft OKR yang Sudah Dibuat
Setelah draft OKR selesai dibuat, tinjau kembali untuk memastikan kualitas dan kejelasannya. Pertanyaan yang perlu dijawab yaitu:
Apakah objective cukup ambisius?
Apakah key results benar-benar merepresentasikan hasil, bukan sekadar aktivitas?
Apakah jumlah OKR terlalu banyak sehingga membingungkan?
Apakah bahasa yang digunakan mudah diingat dan dipahami oleh semua anggota tim?
Proses peninjauan ini penting untuk memastikan OKR dapat diterapkan secara efektif dan dapat memacu kinerja tim.
6. Komunikasi dan Monitoring secara Berkala
Perlu diingat, OKR bukan hanya sekadar dokumen yang dibuat sekali lalu dilupakan. Agar efektif, OKR harus dikelola secara transparan sehingga semua orang dapat melihat progresnya.
Lakukan monitoring dan check-in secara rutin, baik mingguan maupun bulanan, untuk memantau perkembangan.
Setelah memahami cara membuat OKR, mari pahami lebih dalam tentang implementasi OKR sebuah tim di dunia kerja. Lihat contoh OKR perusahaan sebagai berikut:
Contoh OKR TIM
Tim Customer Success perusahaan X menghadapi masalah rendahnya engagement pelanggan baru. Open rate email in-product hanya 6%, dan follow-up meeting minim, sehingga banyak pelanggan tidak memaksimalkan penggunaan produk.
Tim ingin meningkatkan keterlibatan pelanggan baru secara signifikan agar mereka mendapatkan pengalaman optimal sejak awal dan mengurangi churn melalui penerapan OKR.
Maka berikut OKR yang dibuat oleh tim:
Objective: Meningkatkan keterlibatan pelanggan baru
Key Results:
Meningkatkan open rate komunikasi in-product dari 6% menjadi 18%
Menambah jumlah follow-up meeting per minggu dari 8 menjadi 24
Mencapai service quality rating minimal 9,5
Mempercepat waktu respons sebesar 300%
Dengan OKR ini, tim memiliki fokus yang jelas, prioritas kegiatan terukur, dan indikator sukses yang mudah dipahami.
Meskipun OKR bisa menjadi alat yang optimal untuk mencapai tujuan bisnis, banyak perusahaan gagal memaksimalkannya karena melakukan kesalahan-kesalahan umum.
Berikut lima kesalahan fatal yang sering terjadi dan cara mengatasinya:
1. Terlalu Ambisius
Menetapkan OKR yang terlalu tinggi membuat tim cepat putus asa atau melakukan perilaku tidak etis demi mencapai target.
Cara mengatasinya: Tetapkan OKR yang menantang tetapi realistis, berdasarkan data performa sebelumnya, sehingga tetap memacu tim tanpa membuat frustasi.
2. Terlalu Banyak Objective
Fokus yang terbagi-bagi akan membuat tim kehilangan arah dan stagnan karena sumber daya tersebar.
Cara mengatasinya: Pilih 3–5 objective terpenting yang berdampak besar, pastikan alignment dengan visi perusahaan, dan lakukan review rutin untuk menjaga fokus.
3. Tidak Melibatkan Tim
Menentukan OKR secara top-down tanpa melibatkan tim bisa menimbulkan target yang tidak realistis dan rendahnya engagement.
Cara mengatasi: Libatkan tim dalam proses perencanaan OKR, fasilitasi komunikasi dua arah, dan berikan kepemilikan OKR agar mereka termotivasi dan bertanggung jawab.
4. Menyalahkan Metode OKR
Beberapa perusahaan cepat menyerah saat implementasi OKR gagal, lalu menyimpulkan metode ini tidak efektif.
Cara mengatasi: Pahami prinsip dan praktik OKR, mulai dengan menerapkannya di tim tertentu, evaluasi, iterasi, dan jika perlu, gunakan konsultan atau software untuk memaksimalkan penerapan.
5. Tidak Menggunakan Software
Mengelola OKR secara manual dapat menyulitkan tracking, apalagi jika Anda memiliki tim yang banyak.
Cara mengatasi: Gunakan aplikasi penilaian kinerja karyawan seperti KantorKu HRIS yang memiliki modul OKR.
Hindari Kesalahan Penerapan OKR dengan Aplikasi Kinerja Karyawan dari KantorKu HRIS
Menerapkan OKR sering kali gagal karena pengelolaannya masih manual. Banyak akhirnya menyalahkan OKR, padahal Google telah membuktikan keberhasilannya.