10 Penyebab Burnout di Tempat Kerja dan Cara Mengatasinya

Burnout adalah kondisi kelelahan mental maupun fisik akibat stres berkepanjangan. Kenali penyebab burnout di tempat kerja dan cara mengatasinya.

KantorKu HRIS
Ditulis oleh
KantorKu HRIS • 01 Desember 2025
Key Takeaways
Burnout adalah kelelahan fisik, mental, dan emosional akibat stres kerja berkepanjangan.
Burnout menurunkan produktivitas karyawan hingga lebih dari 50%.
Beban kerja berlebihan dan tidak sesuai jobdesc menjadi pemicu utama burnout.
Kurangnya dukungan dari atasan membuat karyawan lebih mudah stres.
Burnout dapat dicegah dengan pembagian kerja adil, 1-on-1 rutin, cuti mental, dan batas jam kerja.

Burnout adalah kondisi ketika seseorang mengalami kelelahan fisik, emosional, dan mental secara berkepanjangan akibat tekanan kerja yang berlebihan. 

Di tempat kerja, karyawan yang mengalami burnout memiliki pengaruh hingga 51,7% terhadap produktivitas karyawan, sehingga menjadi isu serius bagi perusahaan. 

Biasanya ditandai dengan karyawan kehilangan motivasi, mudah stres, dan kesulitan fokus sehingga performa mereka menurun drastis. 

Sebagai HR, Anda harus tahu beberapa penyebab burnout di tempat kerja dan cara mengatasinya sebelum berdampak pada kinerja perusahaan!

Penyebab Burnout pada Karyawan

Dampak burnout pada karyawan tidak hanya menurunkan produktivitas, tetapi juga memicu penurunan kualitas kerja hingga risiko turnover

Maka agar hal tersebut tidak terjadi, HR perlu memahami berbagai kemungkinan penyebab burnout di tempat kerja, antara lain:

1. Kurangnya Dukungan dari Manajer

Ketika karyawan merasa tidak mendapatkan dukungan dari atasan, lingkungan kerja bisa berubah menjadi tidak sehat. 

Karyawan jadi lebih rentan stres dan akhirnya burnout. Padahal, dukungan atasan terbukti dapat membantu karyawan mengelola stres dengan lebih baik. 

2. Beban Kerja di Luar Jobdesc

Beban kerja yang berlebihan adalah penyebab burnout paling umum. Ketika tugas yang diberikan tidak sebanding dengan jobdesc, karyawan mudah merasa kewalahan. 

Kondisi ini bisa memicu mental quicksand, yaitu mental yang semakin tertekan, semakin buruk performa mereka.

Solusinya bukan meminta karyawan untuk menolak tugas, karena seringkali hal tersebut dianggap tidak profesional. 

Sebagai gantinya, HR atau atasan harus memastikan beban kerja sesuai kapasitas dan memberi dukungan tambahan saat workload meningkat.

3. Ruang Gerak Karyawan Dibatasi

Burnout dapat muncul ketika karyawan tidak memiliki otonomi dalam bekerja. Misalnya lingkungan kerja terlalu banyak aturan ketat atau micromanagement, dampaknya karyawan kehilangan motivasi. 

Seharusnya, manajer perlu berperan sebagai mentor, bukan pengawas. Berikan kesempatan bagi karyawan untuk mengatur strategi sendiri selama target tercapai. 

4. Pekerjaan Tidak Diapresiasi

Penyebab burnout bisa karena kurang apresiasi. Ketika usaha mereka tidak dihargai, karyawan merasa mereka tidak memiliki nilai, yang perlahan memicu kelelahan emosional.

Apresiasi perlu dilakukan dengan tulus dalam bentuk ucapan terima kasih, apresiasi dari sesama rekan, hingga perhatian terhadap hal-hal sederhana seperti empati atau kerja sama yang baik. 

5. Budaya Favoritisme

Budaya favoritisme, di mana penghargaan diberikan hanya kepada orang tertentu, dapat merusak moral tim. 

Ketika karyawan melihat bahwa keputusan manajemen tidak objektif, muncul rasa frustasi, kecewa, hingga kemarahan.

Penyebab burnout ini jarang disadari dan bisa membuat lingkungan kerja terasa toksik. Dalam jangka panjang, kondisi ini memicu stres berkepanjangan dan meningkatkan risiko burnout.

6. Kekhawatiran akan Layoff

Ketidakpastian pekerjaan juga bisa memicu stres bagi banyak karyawan. Ketika perusahaan sedang restrukturisasi dan melakukan layoff massal, karyawan yang selamat bisa terus-menerus cemas.

Kondisi ini menciptakan tekanan mental yang berat karena karyawan merasa harus bekerja sempurna demi mempertahankan posisi mereka. 

Rasa tidak aman tersebut bisa berkembang sebagai penyebab burnout jika tidak dikelola dengan baik.

7. Tidak Ada Keseimbangan Work-Life

Tekanan kerja yang terus-menerus tanpa waktu cukup untuk istirahat dapat dengan cepat memicu burnout. 

Work-life balance yang buruk biasanya terjadi karena lembur berlebihan, budaya “harus selalu online”, atau ekspektasi kerja yang tidak realistis.

Perusahaan perlu mendorong budaya kerja sehat, termasuk jam kerja yang jelas, kebijakan cuti yang fleksibel, serta ruang bagi karyawan untuk rehat tanpa rasa bersalah.

8. Tidak Ada Jenjang Karier

Karyawan yang tidak melihat peluang berkembang cenderung merasa stagnan. Perasaan mandek ini membuat motivasi menurun dan memicu ketidakpuasan kerja.

Bisa jadi karena kurangnya pelatihan atau tidak adanya kesempatan promosi. Dampak burnout ini membuat karyawan merasa bahwa usaha mereka sia-sia. 

Sebaiknya, perusahaan menetapkan jalur karier yang transparan agar karyawan tetap bersemangat dan memiliki tujuan jangka panjang.

Baca Juga: 10 Cara Meningkatkan Kepuasan Kerja Karyawan + Ide Program! 

9. Visi dan Misi Karyawan Tidak Sejalan dengan Perusahaan

Ketidaksesuaian antara nilai pribadi karyawan dengan visi dan misi perusahaan sering kali menjadi penyebab burnout

Ketika karyawan merasa bahwa pekerjaan yang mereka lakukan tidak selaras dengan minat mereka, muncul rasa kehilangan makna dalam bekerja.

Dalam kondisi ini, setiap tugas terasa membebani, bukan memberikan energi. Lama-kelamaan, muncul rasa jenuh, tidak puas, hingga akhirnya burnout.

10. Manajemen yang Terlalu Otoriter

Gaya manajemen yang terlalu otoriter, yaitu ketika pemimpin mendominasi keputusan, kurang membuka ruang diskusi, dan menuntut ketaatan penuh, dapat menciptakan tekanan mental tinggi bagi karyawan.

Ketika karyawan tidak diberi kebebasan untuk menyampaikan pendapat, mereka akan merasa terkontrol. 

Situasi ini bisa memicu stres. Padahal pemimpin seharusnya menerapkan pendekatan yang lebih terbuka. 

Banner KantorKu HRIS
Pakai KantorKu HRIS Sekarang!

KantorKu HRIS bantu kelola absensi, payroll, cuti, slip gaji, dan BPJS dalam satu aplikasi.

Cara Mengatasi Burnout di Tempat Kerja

Dengan mengetahui berbagai penyebab burnout di tempat kerja, Anda bisa menentukan strategi untuk mengatasi dengan baik. 

Jika Anda masih bingung bagaimana cara mengatasi burnout, berikut strategi yang bisa diterapkan:

1. Distribusikan Beban Kerja secara Adil

Salah satu cara mengatasi burnout adalah memastikan beban kerja terbagi dengan adil. Bahkan dalam praktiknya, banyak perusahaan sukses menurunkan risiko burnout dengan tiga langkah sederhana, yaitu:

  • Memecah proyek menjadi tugas-tugas kecil yang lebih mudah 
  • Merotasi tanggung jawab agar karyawan tidak terjebak dalam pekerjaan repetitif 
  • Membuka ruang komunikasi mengenai beban kerja.

2. Lakukan 1-on-1 secara Berkala

Burnout sering kali baru terlihat ketika sudah parah. Karena itu, pendekatan secara personal jauh lebih efektif daripada menunggu masalah muncul. 

Banyak pemimpin tim menerapkan one-on-one bulanan bahkan mingguan untuk memantau kondisi mental, beban kerja, serta tujuan karier masing-masing karyawan.

Dengan memahami hambatan sejak awal, HR dapat mencegah burnout sekaligus membantu karyawan berkembang.

3. Sediakan Cuti Berbayar untuk Istirahat secara Mental 

Memberikan cuti berbayar kepada karyawan agar bisa beristirahat secara fisik dan mental dapat menekan angka burnout

Berbeda dengan cuti tahunan atau izin sakit, hari khusus ini memberi kesempatan bagi karyawan untuk benar-benar rehat. Hasilnya moral tim bisa meningkat dan tingkat burnout menurun.

4. Selidiki Lebih Lanjut Penyebab Burnout

Burnout tidak muncul secara tiba-tiba, selalu ada akar permasalahan yang memicunya. Karena itu, HR harus menyelidiki penyebab burnout secara lebih mendalam, bukan hanya mengatasi gejala di permukaan.

Bisa jadi burnout muncul karena gaya kepemimpinan yang kurang suportif, staf yang terlalu sedikit atau target yang tidak realistis.

5. Tetapkan Larangan Menghubungi Karyawan di Luar Jam Kerja

Salah satu penyebab burnout yang paling sering terjadi tanpa disadari adalah batas kerja yang kabur. 

Chat pekerjaan yang terus masuk setelah jam kerja, permintaan revisi mendadak di malam hari, atau pesan “urgent” di akhir pekan bisa membuat karyawan merasa tidak pernah benar-benar istirahat.

Maka, HR dapat menerapkan kebijakan tegas untuk tidak menghubungi karyawan di luar jam kerja, kecuali situasi yang benar-benar darurat.

Baca Juga: Employee Engagement Adalah: Arti & 5 Contohnya di Perusahaan! 

FAQ tentang Burnout

Simak juga beberapa pertanyaan yang sering muncul seputar burnout agar bertindak lebih bijak sebagai HR: 

Apa saja gejala awal dari burnout?

Gejala awal burnout biasanya ditandai dengan penurunan motivasi, sulit berkonsentrasi, dan merasa kewalahan meski pekerjaan tidak terlalu berat. Karyawan juga mulai menarik diri dari rekan kerja dan lebih sering melakukan kesalahan.

Ciri-ciri emotional burnout?

Emotional burnout muncul ketika seseorang merasa benar-benar terkuras secara emosional. Tandanya termasuk mudah marah, mudah tersinggung, merasa kosong atau tidak berdaya, kehilangan rasa percaya diri, hingga munculnya perasaan sinis terhadap pekerjaan. 

Dalam tahap ini, karyawan sering merasa tidak dihargai atau tidak mampu mengejar target meski sudah berusaha keras.

Seperti apa rasanya burnout?

Burnout sering digambarkan sebagai perasaan yang seakan energi, motivasi, dan kemampuan untuk menjalani rutinitas hilang begitu saja. Rasanya seperti selalu lelah dan tidak punya semangat. Bahkan ada juga yang mengalami gejala fisik seperti gangguan tidur.

Identifikasi Burnout lebih Dini melalui 9-Box-Matrix dari KantorKu HRIS

Burnout tidak hanya menurunkan produktivitas, tetapi bila dibiarkan bisa berkembang menjadi masalah yang lebih serius seperti disengagement hingga tingginya angka turnover

Karena itu, HR harus bisa mendeteksi tanda-tanda burnout sejak dini sebelum berdampak pada stabilitas tim dan perusahaan.

Anda bisa memanfaatkan fitur 9-Box Matrix dari aplikasi penilaian kinerja karyawan milik KantorKu HRIS untuk mengidentifikasi kinerja semua karyawan dalam satu dashboard.

Baik karyawan yang top performer, yang membutuhkan perhatian, hingga yang memerlukan bimbingan. 

Dengan data yang jelas, HR dapat mengambil keputusan berbasis data, termasuk menjadwalkan sesi 1-on-1 untuk memahami masalah yang sedang dihadapi karyawan.

Jika Anda ingin mencegah burnout sejak dini, Anda bisa jadwalkan demo gratis KantorKu HRIS untuk melihat sendiri bagaimana sistem bisa memantau kinerja karyawan dengan lebih mudah!

Referensi:

Six Causes of Burnout at Work | Greater Good

Employee Burnout: Causes, Symptoms and How to Prevent It | Desklog

Bagikan

Related Articles

Cara Membuat OKR yang Efektif untuk Meningkatkan Kinerja Perusahaan

Ketahui konsep dasar dan cara membuat OKR yang efektif serta kesalahan yang harus dihindari agar target perusahaan tercapai.
04 Desember 2025

Bonus Tahunan Karyawan: Cara Menghitung, Kewajiban, & Dasar Hukumnya

Pahami apa itu bonus tahunan karyawan serta dasar hukum, jenis-jenis, perbedaan dengan THR, dan cara menghitungnya sesuai UU yang berlaku.
03 Desember 2025
contoh exit interview

20 Contoh Exit Interview di Perusahaan oleh HRD, Boleh Copas!

Contoh exit interview adalah untuk mengumpulkan feedback karyawan, perbaiki budaya kerja, dan tingkatkan retensi perusahaan secara efektif.
01 Desember 2025