Tes Kraepelin: Pengertian, Fungsi dan Contohnya dalam Rekrutmen HRD
Pelajari apa itu Tes Kraepelin, fungsi dan perbedaannya dengan Pauli Test, hingga cara menilainya dalam proses rekrutmen.
Table of Contents
Table of Contents
Dalam proses rekrutmen, tes psikologi memegang peranan penting dalam menilai kepribadian dan potensi calon karyawan. Salah satu metode yang masih digunakan hingga saat ini adalah Tes Kraepelin.
Tes ini sering kali digunakan untuk mengetahui daya tahan kerja, stabilitas emosi, dan ketelitian seseorang dalam menyelesaikan tugas berulang.
Bagi Anda yang berperan sebagai HRD, memahami cara kerja, fungsi, hingga cara menilai hasil Tes Kraepelin akan sangat membantu dalam membuat keputusan yang lebih objektif dan terukur.
Baca Juga: Form Interview Karyawan Baru: Arti, Struktur, & 2 Contoh Templatenya!
Apa Itu Tes Kraepelin?
Tes Kraepelin, juga dikenal dengan sebutan Arithmetic Test of Kraepelin, adalah tes psikologi yang dikembangkan oleh Emil Kraepelin, seorang psikiater asal Jerman. Tes ini bertujuan untuk mengukur performa kerja seseorang, terutama dalam kondisi tekanan atau kelelahan.
Bentuk dari tes ini cukup sederhana namun menuntut konsentrasi tinggi. Kandidat akan diberikan deretan angka yang harus dijumlahkan secara berpasangan secara vertikal dalam waktu yang telah ditentukan. Fokus dari tes ini bukan hanya pada hasil perhitungan, melainkan juga pada pola kerja, konsistensi, serta ketahanan mental peserta saat mengerjakan tugas monoton dalam waktu cukup panjang.
Fungsi Tes Kraepelin dalam Recruitment
Sebagai bagian dari proses seleksi karyawan, Tes Kraepelin memiliki fungsi strategis. Beberapa manfaat utama dari tes ini dalam konteks rekrutmen antara lain:
1. Menilai Daya Tahan dan Ketekunan
Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan individu dalam bekerja secara konsisten dan tahan terhadap tekanan waktu. Ini sangat relevan untuk posisi yang membutuhkan ketelitian tinggi dan tugas yang berulang.
2. Mengidentifikasi Pola Kerja dan Konsentrasi
Melalui pola grafik hasil tes, HR dapat menilai bagaimana fokus seseorang terjaga dalam periode waktu tertentu. Apakah kandidat mampu menjaga performa atau justru mengalami penurunan tajam?
3. Mengetahui Stabilitas Emosi
Tes ini juga bisa mencerminkan kestabilan emosi. Seseorang yang emosinya tidak stabil cenderung menunjukkan fluktuasi tajam dalam performa selama tes berlangsung.
Perbedaan Tes Kraepelin dan Pauli
Meski sering dianggap serupa, Tes Kraepelin dan Pauli memiliki beberapa perbedaan yang perlu Anda ketahui:
- Format Tes: Tes Kraepelin menggunakan barisan angka yang disusun secara vertikal, sedangkan Pauli menggunakan format kolom horizontal dan lebih kompleks secara visual.
- Waktu Pengerjaan: Waktu pada Tes Kraepelin biasanya lebih panjang (15–20 menit), sementara Pauli cenderung lebih singkat.
- Tujuan Psikologis: Tes Pauli lebih fokus pada tekanan emosional dan kecepatan berpikir, sedangkan Kraepelin lebih menekankan pada ritme kerja dan daya tahan.
Memahami perbedaan ini penting agar Anda dapat menentukan metode mana yang lebih relevan dengan kebutuhan posisi yang sedang Anda rekrut.
Contoh Tes Kraepelin
Berikut ini contoh sederhana format Tes Kraepelin:

Peserta diminta menjumlahkan dua angka yang berdampingan secara vertikal:
- 2 + 5 = 7
- 5 + 7 = 12 (tulis angka terakhir, yaitu 2)
- 7 + 3 = 10 (tulis angka terakhir, yaitu 0)
Dan seterusnya.
Biasanya, peserta diberi beberapa kolom dengan ratusan angka yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, misalnya 15–20 menit. Pengawasan dilakukan oleh penguji untuk melihat respons peserta secara keseluruhan, bukan sekadar kecepatan menghitung.
Baca Juga: Induction Training: Arti, Manfaat, Contoh, & 5 Tipsnya untuk HRD!
Cara Mengerjakan Tes Kraepelin
Bagi peserta, Tes Kraepelin membutuhkan konsentrasi tinggi dan strategi pengerjaan yang baik. Namun sebagai HRD, penting bagi Anda untuk memahami alur pengerjaannya agar dapat melakukan evaluasi secara objektif. Berikut adalah langkah-langkah pengerjaan Tes Kraepelin:
1. Menjumlahkan Angka Secara Vertikal
Peserta diminta untuk menjumlahkan dua angka yang berdampingan secara vertikal dalam satu kolom. Misalnya, angka 3 dan 6 dijumlahkan menjadi 9. Setelah itu, peserta berpindah ke pasangan angka berikutnya, yaitu 6 dan angka di bawahnya, dan seterusnya hingga baris terakhir.
2. Menulis Digit Terakhir dari Hasil Penjumlahan
Jika hasil penjumlahan terdiri dari dua digit, peserta hanya diperbolehkan menuliskan angka satuan atau digit terakhir saja. Contohnya, jika hasilnya adalah 14, maka yang ditulis hanyalah angka 4. Aturan ini penting untuk menjaga ritme kerja dan konsistensi antar peserta.
3. Mengikuti Waktu yang Terbatas
Tes Kraepelin dibagi ke dalam beberapa sesi pengerjaan, di mana setiap kolom harus dikerjakan dalam waktu yang ditentukan, umumnya 30 hingga 60 detik per kolom. Setelah waktu habis, peserta harus segera berpindah ke kolom berikutnya meskipun kolom sebelumnya belum selesai.
4. Mematuhi Instruksi Secara Tegas dan Konsisten
Peserta diharapkan mengikuti instruksi dengan disiplin. Tidak diperbolehkan untuk melompati kolom, kembali ke kolom sebelumnya, atau menulis di luar waktu yang telah ditentukan. Instruksi ini harus dijelaskan secara jelas oleh penguji agar hasil tes bisa dievaluasi secara adil dan valid.
Cara HRD Menilai Hasil Tes Kraepelin
Menilai hasil Tes Kraepelin tidak hanya melihat jumlah jawaban yang benar, tetapi juga:
1. Kecepatan dan Ketelitian
Semakin banyak angka yang dihitung dengan benar dalam waktu singkat menunjukkan konsentrasi dan daya tangkap yang baik.
2. Pola Grafik Konsistensi
Biasanya hasil digambarkan dalam bentuk grafik performa yang menunjukkan naik-turunnya performa selama sesi tes. Grafik yang stabil menunjukkan ketahanan kerja yang baik.
3. Respons terhadap Tekanan
Jika performa menurun drastis saat waktu mendekati akhir, bisa jadi kandidat kurang mampu menghadapi tekanan kerja yang meningkat.
4. Kesalahan yang Diulang
Jika kesalahan terjadi berulang dan pola jawabannya stagnan, ini bisa menjadi indikasi bahwa kandidat memiliki kemampuan adaptasi yang rendah terhadap tekanan.
Tips untuk HRD: Kapan Tes Ini Cocok Digunakan?
Tes Kraepelin tidak selalu diperlukan untuk semua proses rekrutmen. Namun, dalam kondisi dan kebutuhan tertentu, tes ini bisa sangat membantu HRD dalam mengevaluasi calon karyawan secara lebih objektif. Berikut adalah lima situasi ideal untuk menggunakan Tes Kraepelin:
1. Untuk Posisi yang Membutuhkan Ketelitian Tinggi
Tes ini sangat cocok digunakan ketika Anda mencari kandidat untuk posisi yang membutuhkan konsentrasi dan akurasi tinggi, seperti operator produksi, staf administrasi, kasir, atau quality control. Tes ini membantu menilai kemampuan kandidat dalam menjaga fokus dan akurasi saat mengerjakan tugas berulang.
2. Saat Menyeleksi Banyak Kandidat Sekaligus
Karena formatnya yang mudah dan pelaksanaannya yang efisien, Tes Kraepelin sangat efektif untuk proses seleksi massal. Anda dapat menilai banyak kandidat dalam satu waktu tanpa memerlukan alat bantu digital atau perangkat tes yang kompleks.
3. Menilai Daya Tahan Mental dan Konsistensi
Jika Anda membuka lowongan untuk pekerjaan yang bersifat monoton, repetitif, atau membutuhkan jam kerja panjang, seperti call center atau operator mesin, Tes Kraepelin bisa menjadi alat bantu untuk menilai sejauh mana kandidat mampu menjaga performa secara konsisten dalam tekanan waktu.
4. Mengukur Kemampuan Kandidat Baru Lulusan (Fresh Graduate)
Bagi pelamar yang belum memiliki pengalaman kerja, Tes Kraepelin dapat digunakan untuk menggambarkan karakter kerja mereka secara umum, terutama dalam hal ketekunan, stabilitas emosi, dan daya tahan dalam menyelesaikan tugas-tugas teknis.
5. Menyaring Kandidat Sebelum Tahapan Psikotes Lanjutan
Tes Kraepelin dapat dijadikan sebagai tes awal atau tahap penyaringan sebelum masuk ke tahapan psikotes yang lebih mendalam. Ini membantu Anda mempercepat proses rekrutmen dan hanya mengundang kandidat potensial ke tahap lanjutan berdasarkan hasil tes awal yang terukur.
Gunakan HRIS KantorKu untuk Proses Rekrutmen yang Lebih Efisien
Jika Anda ingin menyelenggarakan proses rekrutmen secara lebih efisien, profesional, dan terintegrasi, Aplikasi HRIS KantorKu adalah solusi yang tepat. Melalui platform ini, Anda dapat:
- Mengatur jadwal dan pelaksanaan tes psikologi seperti Tes Kraepelin
- Menyimpan dan menganalisis hasil tes secara digital
- Mengelola proses seleksi dari awal hingga onboarding dalam satu sistem
Kini saatnya Anda meningkatkan kualitas proses seleksi karyawan dengan bantuan sistem yang terpercaya. Tidak hanya menghemat waktu, Software HRIS KantorKu juga membantu Anda mengambil keputusan yang lebih akurat dan berbasis data.
Klik di sini untuk mulai menggunakan HRIS KantorKu dan sederhanakan proses administrasi HR Anda sekarang juga!

Related Articles

Form Interview Karyawan Baru: Arti, Struktur, & 2 Contoh Templatenya!

Induction Training: Arti, Manfaat, Contoh, & 5 Tipsnya untuk HRD!
