Work-Life Balance: Indikator, Faktor, Dampak, & Cara Mewujudkan!
Mewujudkan work-life balance adalah impian banyak orang. Temukan faktor yang mempengaruhi, indikator keberhasilan, dampak positif, & cara mencapainya!
Dalam dunia kerja yang semakin dinamis dan penuh tuntutan, menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan menjadi tantangan tersendiri bagi banyak individu.
Keseimbangan ini tidak hanya berdampak pada kesejahteraan individu, tetapi juga berkontribusi besar terhadap produktivitas dan kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Perusahaan yang mampu menciptakan budaya kerja yang mendukung work-life balance umumnya memiliki tingkat kepuasan dan loyalitas karyawan yang lebih tinggi. Selain itu, budaya work-life balance dapat menjadi nilai tambah yang bisa meningkatkan citra perusahaan.
Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan work-life balance dan bagaimana penerapannya dalam dunia kerja saat ini? Simak selengkapnya berikut ini.
Apa Itu Work-Life Balance?
Cambridge Dictionary menyebutkan bahwa work-life balance merupakan keseimbangan antara jumlah waktu yang digunakan untuk bekerja dengan jumlah waktu yang dihabiskan bersama keluarga dan hal-hal yang disukai.
Istilah ini muncul pada tahun 1970-an hingga 80-an ketika baby boomer merasa bahwa kehidupan antara karir, keluarga, dan hobi tidak berjalan seimbang.
Mengutip dari Forbes, seorang penulis buku bernama Sawyer menjelaskan bahwa work-life balance bukan berarti tentang “pembagian jam”, tetapi lebih terkait dengan apa yang dirasakan.
Oleh sebab itu, work-life balance seharusnya menjadi kondisi ketika seseorang merasa terkendali dan berenergi dalam menjalani setiap elemen kehidupan sehingga bisa merasa bahagia serta produktif secara keseluruhan.
Dampak Positif Work Life Balance
Keseimbangan antara kehidupan individu dan sosial akan menciptakan dampak positif, baik bagi kesehatan fisik maupun mental.
Tak hanya itu, adanya kondisi work-life balance juga bisa meningkatkan produktivitas serta performa karyawan.
Misalnya, ketika seorang karyawan mengerjakan tugas bukan karena sebagai bentuk tanggung jawab tetapi juga ingin memberikan yang terbaik, mereka akan mengerahkan sumber daya yang ada tanpa merasa tertekan.
Berikut penjelasan selengkapnya:
1. Menciptakan Kesejahteraan yang Lebih Baik Bagi Karyawan
Ketika membangun work-life balance, kemungkinan seseorang mengalami burnout atau kelelahan kerja akan berkurang. Porsi waktu yang digunakan untuk bekerja dan melakukan kebutuhan atau kesenangan pribadi dapat berjalan seimbang.
Mereka mampu untuk menjalankan tugas sepenuh hati dan tetap meluangkan waktu untuk keluarga serta melakukan hal yang disukai. Dengan demikian, kesejahteraan karyawan dapat terjaga, bahkan meningkat.
2. Meningkatkan Produktivitas Karyawan
Karyawan yang mampu menyeimbangkan hidupnya memiliki probabilitas untuk mengalami stres lebih rendah. Hal ini dapat meningkatkan produktivitas karyawan yang ditunjukkan dengan tingkat kreativitas yang optimal, kemampuan problem-solving yang baik, serta semangat berkolaborasi.
Selain itu, karyawan juga akan lebih bersemangat dalam mengerjakan pekerjaan, bahkan memiliki keinginan untuk terus maju dan berkembang.
3. Meningkatkan Motivasi dan Kepuasan Kerja Karyawan
Ketika seorang karyawan merasa bahwa kehidupan pribadinya dihargai dan didukung oleh perusahaan, mereka akan semakin termotivasi dalam bekerja. Rasa intrinsik ini mampu mendorong individu untuk berkontribusi pada kesuksesan perusahaan.
4. Memperkuat Kultur Perusahaan dalam Jangka Panjang
Benefit yang didapat oleh perusahaan ketika bisa mewujudkan work-life balance yaitu terciptanya lingkungan kerja kolaboratif, komunikatif, serta proaktif dari karyawan. Kultur yang sehat ini menjadi landasan agar pekerja tidak hanya produktif, tapi juga membangun lingkungan positif serta suportif.
Dengan kondisi mental dan fisik yang lebih seimbang, karyawan cenderung lebih terbuka terhadap ide-ide baru, mudah bekerja sama dalam tim, dan memiliki semangat yang tinggi untuk berkontribusi secara maksimal.
5. Menurunkan Jumlah Absensi Karyawan
Ketika karyawan diberikan ruang untuk memiliki keseimbangn hidup yang baik, hasilnya bisa menurunkan tingkat stres yang dapat menyebabkan jarang ambil cuti sakit atau absen tanpa pemberitahuan. Dengan demikian, tingkat kehadiran akan meningkat.
6. Peningkatan Employer Brand dan Retensi Karyawan
Perusahaan yang peduli pada kesejahteraan karyawannya lebih memiliki nilai plus di mata calon talenta. Hal ini dapat meningkatkan citra tempat kerja yang suportif dan menambah nilai jual di pasar kerja. Selain itu, lingkungan kerja yang sehat dan seimbang bisa menciptakan loyalitas karyawan dalam jangka panjang.
Karyawan yang bekerja di perusahaan dengan employer brand positif juga akan merasa nyaman dan bangga.
Faktor yang mempengaruhi Work-Life Balance
1. Faktor Individu
Faktor individu sangat menentukan apakah kehidupan yang dijalani sudah seimbang atau belum.
Literatur menunjukkan bahwa individu yang mempunyai kemampuan regulasi emosi yang baik cenderung lebih bisa mewujudkan work-life balance. Artinya, ia telah mampu untuk mengenali emosi diri sendiri serta memahami emosi orang lain sehingga tercipta lingkungan yang minim konflik.
Selain itu, sikap seorang karyawan terhadap pekerjaan dan kehidupan pribadi juga berkontribusi pada terciptanya work-life balance atau tidak.
Ketika seseorang menjalani pekerjaan dengan hati yang senang, layaknya saat bersama keluarga, maka pekerjaan dan kehidupan pribadi bisa seimbang karena sama-sama dinikmati, tanpa berat sebelah.
Sebaliknya, jika pekerjaan hanya dianggap sebagai beban tanpa ada sense of belonging, maka kehidupan pribadi pun seringkali terabaikan.
2. Faktor Organisasi
Organisasi memiliki wewenang untuk menetapkan kebijakan yang tidak hanya berorientasi pada profit, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan karyawan.
Ketika kebijakan mengenai beban kerja, keterlibatan kerja, serta dukungan terhadap karyawan disusun secara adil dan transparan, maka work-life balance akan lebih mudah tercapai.
Sebaliknya, jika perusahaan menetapkan tuntutan kerja tinggi dengan tenggat waktu yang ketat tanpa memperimbangkan kesehatan dan kapasitas karyawan, maka dapat keseimbangan hidup akan sulit diwujudkan.
Oleh sebab itu, budaya organisasi yang sehat, termasuk fleksibilitas waktu kerja dan pengelolaan beban kerja, sangat penting untuk menunjang kesejahteraan dan work-life balance karyawan.
3. Faktor Lingkungan
Studi menunjukkan bahwa dukungan sosial dapat mewujudkan keseimbangan hidup secara signifikan.
Dukungan dari keluarga, baik pasangan, orang tua, maupun anggota keluarga lainnya, dapat memberikan stabilitas emosional sehingga seseorang tidak mudah stres dan mampu mengelola tanggung jawabnya dengan baik.
Ketika keluarga memahami ritme dan tuntutan pekerjaan serta memberikan ruang antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, maka karyawan dapat mengerjakan tugasnya tanpa merasa mengorbankan kehidupan pribadi.
Dengan demikian, work-life balance akan lebih mudah terwujud karena ada keselarasan antara kehidupan bekerja dengan pribadi.
Indikator Tercapainya Work-Life Balance
1. Kepuasan dalam Kehidupan Kerja dan Pribadi
Salah satu tanda bahwa seseorang telah berhasil mewujudkan work-life balance adalah rasa puas dan nyaman dalam menjalani peran, baik di tempat kerja, maupun di rumah.
Individu tidak akan merasa berat sebelah atau memiliki pandangan bahwa ada yang harus dikorbankan terus-menerus.
2. Kesehatan Fisik dan Mental Stabil
Pekerja memiliki tingkat stres rendah, tidak mudah lelah secara emosional, serta mempunyai waktu yang cukup untuk beristirahat dan olahraga atau kegiatan sosial lainnya.
3. Produktivitas yang Optimal
Karyawan dapat menyelesaikan pekerjaan secara tuntas tanpa harus mengorbankan waktu pribadi. Hal ini juga menunjukkan efisiensi kerja serta manajemen waktu yang baik.
Selain itu, karyawan juga merasa terhubung dengan pekerjaannya serta tidak merasa terbebani secara emosional ketika bekerja.
4. Minimnya Konflik Peran
Karyawan mampu menjalankan peran dengan baik tanpa tekanan berat atau rasa bersalah. Dengan kata lain, tidak ada benturan antara peran di tempat kerja atau di rumah.
5. Dukungan Sosial yang Terjaga
Adanya dukungan yang baik dari lingkungan tempat kerja dan keluarga mampu menciptakan rasa perhatian kepada karyawan dan tidak sendirian dalam menghadapi tantangan.
Contoh Penerapan Work Life Balance
1. Fleksibilitas Jam Kerja
Beberapa perusahaan menerapkan sistem yang memudahkan karyawan memilih jam kerja sendiri.
Artinya, mereka dibebaskan untuk menentukan jam mulai dan selesai kerja selama memenuhi total jam kerja harian.
Skema ini memberi karyawan kendali atas waktu mereka sehingga dapat menyesuaikan pekerjaan dengan kebutuhan pribadi.
Di samping itu, perusahaan juga tetap bisa menetapkan jam kerja yang fleksibel dengan aturan tambahan.
Misalnya, karyawan diizinkan memulai pekerjaan dalam rentang waktu tertentu, seperti antara pukul 07.00 hingga 10.00 pagi. Kemudian, mereka dapat menyesuaikan waktu selesai kerja sesuai jam masuknya masing-masing.
2. Kebijakan Remote Working / Hybrid
Adanya opsi untuk bekerja dari rumah atau dari mana saja dapat memungkinkan karyawan untuk menghemat waktu perjalanan serta memiliki kontrol lebih besar atas waktu pribadi.
Selain itu, kebijakan remote working juga dapat membantu karyawan untuk lebih fokus dan kreatif dalam mengerjakan pekerjaan karena didukung oleh suasana baru, tidak di kantor.
3. Regulasi Cuti yang Mendukung Kesehatan Mental
Salah satu wujud kepedulian perusahaan terhadap karyawannya adalah kemudahan dalam pengajuan dan persetujuan cuti, mulai dari cuti tahunan, cuti sakit, hingga cuti untuk kepentingan keluarga (seperti cuti melahirkan).
Karyawan juga akan merasa dihargai jika pengambilan jatah cuti dapat diterapkan secara fleksibel dan tidak berbelit.
4. Batasan Waktu Kerja yang Jelas
Perusahaan perlu menetapkan batasan antara jam kerja dan waktu pribadi secara jelas. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk memastikan bahwa karyawan “benar-benar pulang” saat jam kerja telah usai.
Batasan waktu kerja ini dapat berupa larangan mengirim email kerja di luar jam kerja atau tidak mengharuskan karyawan standby terus menerus.
5. Program Kesejahteraan Karyawan
Bentuk upaya perusahaan dalam menyejahterakan karyawannya dapat berupa penyediaan fasilitas di kantor atau membership subscription, misalnya, ruang laktasi bagi ibu hamil dan menyusui, tempat ibadah, konseling psikologis, atau arena relaksasi.
Selain itu, perusahaan juga dapat mendaftarkan karyawan ke dalam kelas olahraga, seperti gym. Adanya pelatihan manajemen stres juga dapat menjadi opsi yang tepat. Semua itu dilakukan untuk menunjang kesehatan fisik dan mental karyawan.
Cara Mewujudkan Work Life Balance untuk Karyawan
1. Memahami Pentingnya Keseimbangan Hidup
Perusahaan perlu menekankan bahwa kesejahteraan karyawan adalah salah satu prioritas yang tidak dapat diabaikan. Hal ini dapat diwujudkan dengan membangun komunikasi serta interaksi sehari-hari dan penyelenggaraan program yang mendukung keseimbangan kerja serta waktu pribadi.
Selain itu, dengan menyadari bahwa work-life balance adalah tanggung jawab bersama, maka sistem kerja yang kondusif juga dapat terwujud. Hal ini juga berdampak langsung pada produktivitas, retensi karyawan, dan citra perusahaan.
2. Membangun Pemahaman Mengenai Jam Kerja dengan Jelas
Seorang pemimpin dapat menghindari pengiriman email setelah jam kerja untuk menegaskan batas antara komitmen profesional dan waktu pribadi. Tak hanya itu, komunikasi yang terbuka tentang waktu kerja yang “boleh” dan “tidak boleh” juga penting untuk dilakukan.
3. Memahami Situasi Personal Karyawan
Fleksibilitas dalam situasi, seperti kelonggaran saat ada urusan keluarga dapat membantu mereka merasa didukung dan dihargai secara personal. Hal ini juga dapat meningkatkan loyalitas karyawan karena merasa kebutuhan pribadinya didengar.
4. Mendorong Karyawan Untuk Meminta Bantuan
Tujuan utamanya adalah menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk meminta bantuan ketika menghadapi kesulitan. Selain itu, karyawan juga akan merasa tidak berjalan sendirian jika anggota tim lain turut serta membantu.
5. Tidak Mengglorifikasi Lembur
Perusahaan perlu memahami bahwa istirahat merupakan dasar dari hasil kerja berkualitas. Sebab, lembur yang dilakukan secara berulang bukan menandakan dedikasi, melainkan potensi ketidakseimbangan kerja.
Budaya kerja efisien dalam jam kerja perlu dinormalisasi. Selain itu, bentuk pujian terhadap aktivitas lembur perlu dihilangkan sebagai budaya.
6. Mendukung Kesehatan Fisik dan Mental Karyawan
Penyediaan program kesehatan, seperti gym subscription atau program kesejahteraan lain merupakan bentuk nyata dukungan perusahaan terhadap kesehatan fisik dan mental karyawan.
Demikian pula pengaturan kerja yang fleksibel, jadwal kerja yang konsisten, serta kemudahan dalam memproses cuti juga dapat mendukung keseimbangan hidup karyawan. Hal ini dapat meningkatkan motivasi serta kepuasan dalam bekerja.
7. Memberikan Contoh Work-Life Balance
Aspek terpenting yang berpengaruh signifikan terhadap tercapainya keseimbangan hidup karyawan adalah contoh langsung dari pimpinan.
Misalnya, mengambil waktu untuk kegiatan pribadi, menghindari email kerja setelah jam kerja, bahkan mengambil cuti yang substansial untuk bersantai dan recharge akan memberikan contoh yang kuat bagi karyawan untuk melakukan hal yang sama.
Baca juga: Cost Leadership Adalah: Pahami Arti, Contoh, dan Fokus Utamanya!
Kelola SDM Perusahaan dengan Mudah Menggunakan HRIS KantorKu!
Kini, Anda bisa mewujudkan lingkungan kerja yang sehat, efisien, serta mendukung work-life balance dengan HRIS KantorKu, platform manajemen SDM lengkap untuk era digital.
Adapun fitur-fitur unggulan yang tersedia, antara lain manajemen absensi dan cuti otomatis, sistem gaji yang cepat dan akurat, database karyawan terpusat, serta pelaporan HR yang praktis dan real-time.
Siap mempermudah pengelolaan karyawan dan mewujudkan work-life balance di tempat kerja Anda? Kunjungi Kantorku.id sekarang dan temukan solusi HRIS yang cocok untuk perusahaan Anda!
Sumber:
4 Rules of Work-Life Balance–You’ve Been Thinking About It Wrong
12 ways to create work-life balance for employees
Table of Contents
- Apa Itu Work-Life Balance?
- Dampak Positif Work Life Balance
- 1. Menciptakan Kesejahteraan yang Lebih Baik Bagi Karyawan
- 2. Meningkatkan Produktivitas Karyawan
- 3. Meningkatkan Motivasi dan Kepuasan Kerja Karyawan
- 4. Memperkuat Kultur Perusahaan dalam Jangka Panjang
- 5. Menurunkan Jumlah Absensi Karyawan
- 6. Peningkatan Employer Brand dan Retensi Karyawan
- Faktor yang mempengaruhi Work-Life Balance
- 1. Faktor Individu
- 2. Faktor Organisasi
- 3. Faktor Lingkungan
- Indikator Tercapainya Work-Life Balance
- 1. Kepuasan dalam Kehidupan Kerja dan Pribadi
- 2. Kesehatan Fisik dan Mental Stabil
- 3. Produktivitas yang Optimal
- 4. Minimnya Konflik Peran
- 5. Dukungan Sosial yang Terjaga
- Contoh Penerapan Work Life Balance
- 1. Fleksibilitas Jam Kerja
- 2. Kebijakan Remote Working / Hybrid
- 3. Regulasi Cuti yang Mendukung Kesehatan Mental
- 4. Batasan Waktu Kerja yang Jelas
- 5. Program Kesejahteraan Karyawan
- Cara Mewujudkan Work Life Balance untuk Karyawan
- 1. Memahami Pentingnya Keseimbangan Hidup
- 2. Membangun Pemahaman Mengenai Jam Kerja dengan Jelas
- 3. Memahami Situasi Personal Karyawan
- 4. Mendorong Karyawan Untuk Meminta Bantuan
- 5. Tidak Mengglorifikasi Lembur
- 6. Mendukung Kesehatan Fisik dan Mental Karyawan
- 7. Memberikan Contoh Work-Life Balance
- Kelola SDM Perusahaan dengan Mudah Menggunakan HRIS KantorKu!
Table of Contents
- Apa Itu Work-Life Balance?
- Dampak Positif Work Life Balance
- 1. Menciptakan Kesejahteraan yang Lebih Baik Bagi Karyawan
- 2. Meningkatkan Produktivitas Karyawan
- 3. Meningkatkan Motivasi dan Kepuasan Kerja Karyawan
- 4. Memperkuat Kultur Perusahaan dalam Jangka Panjang
- 5. Menurunkan Jumlah Absensi Karyawan
- 6. Peningkatan Employer Brand dan Retensi Karyawan
- Faktor yang mempengaruhi Work-Life Balance
- 1. Faktor Individu
- 2. Faktor Organisasi
- 3. Faktor Lingkungan
- Indikator Tercapainya Work-Life Balance
- 1. Kepuasan dalam Kehidupan Kerja dan Pribadi
- 2. Kesehatan Fisik dan Mental Stabil
- 3. Produktivitas yang Optimal
- 4. Minimnya Konflik Peran
- 5. Dukungan Sosial yang Terjaga
- Contoh Penerapan Work Life Balance
- 1. Fleksibilitas Jam Kerja
- 2. Kebijakan Remote Working / Hybrid
- 3. Regulasi Cuti yang Mendukung Kesehatan Mental
- 4. Batasan Waktu Kerja yang Jelas
- 5. Program Kesejahteraan Karyawan
- Cara Mewujudkan Work Life Balance untuk Karyawan
- 1. Memahami Pentingnya Keseimbangan Hidup
- 2. Membangun Pemahaman Mengenai Jam Kerja dengan Jelas
- 3. Memahami Situasi Personal Karyawan
- 4. Mendorong Karyawan Untuk Meminta Bantuan
- 5. Tidak Mengglorifikasi Lembur
- 6. Mendukung Kesehatan Fisik dan Mental Karyawan
- 7. Memberikan Contoh Work-Life Balance
- Kelola SDM Perusahaan dengan Mudah Menggunakan HRIS KantorKu!