PDCA Adalah: Manfaat, Langkah, & Contoh Penerapannya

PDCA adalah konsep manajemen mutu dengan 4 tahap: Plan, Do, Check, Action. Sering dipaka untuk evaluasi hingga continuous improvement.

KantorKu HRIS
Ditulis oleh
KantorKu HRIS • 30 September 2025
Key Takeaways
PDCA adalah siklus manajemen kualitas yang terdiri dari Plan, Do, Check, Act.
Plan: merencanakan tujuan dan langkah perbaikan.
Do: melaksanakan rencana dalam skala kecil untuk uji coba.
Check: mengevaluasi hasil pelaksanaan dan mengukur efektivitas.
Act: menerapkan perbaikan secara penuh dan berkesinambungan.

PDCA adalah siklus manajemen kualitas yang merupakan fondasi dari setiap organisasi yang berorientasi pada perbaikan berkelanjutan (Continuous Improvement).

Jika selama ini Anda sering menghadapi masalah bisnis, mulai dari proses rekrutmen yang lambat hingga tingkat turnover karyawan yang tinggi, namun solusi yang diterapkan selalu gagal, besar kemungkinan Anda melewatkan satu atau lebih fase penting dalam siklus ini.

Artikel ini akan membedah secara tuntas metodologi PDCA (Plan-Do-Check-Act) agar Anda mampu mengimplementasikannya secara strategis dalam pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) menggunakan bantuan teknologi modern. 

Kami akan tunjukkan bagaimana metode teruji ini, yang diperkenalkan oleh Dr. W. Edwards Deming, menjadi kunci efisiensi Anda. 

Mari kita selami siklus PDCA secara mendalam dan temukan rahasia di baliknya!

Apa itu Metode PDCA?

pdca adalah
PDCA

Apa yang dimaksud dengan PDCA? Metode PDCA adalah kerangka kerja sistematis yang terdiri dari empat tahap interaktif yang berulang (siklus) dan digunakan untuk mengontrol serta meningkatkan proses atau produk secara berkesinambungan. 

Metode ini juga dikenal sebagai Siklus Deming atau Siklus Shewhart, merujuk pada penggagas awalnya, Walter A. Shewhart. Konsep ini menekankan bahwa perbaikan harus selalu didasarkan pada data dan hasil evaluasi, bukan sekadar intuisi atau asumsi.

PDCA adalah akronim dari empat fase esensial: Plan (Rencanakan), Do (Lakukan), Check (Periksa), dan Act (Tindak Lanjut). 

Dalam praktiknya, siklus ini memaksa organisasi untuk bergerak dari identifikasi masalah, pengujian solusi kecil, analisis hasilnya, hingga standardisasi perubahan yang sukses. 

Siklus ini harus berputar tanpa henti, karena tujuan akhirnya adalah mencapai Kaizen, atau perbaikan yang tak pernah usai.

Manfaat PDCA

Manfaat PDCA
Manfaat PDCA | Sumber: BiteSize

Penerapan siklus PDCA secara konsisten di setiap lini, terutama dalam pengelolaan SDM, memberikan dampak signifikan yang jauh melampaui sekadar perbaikan masalah. 

Metode ini dapat memastikan keberlanjutan proses, sekaligus juga membangun budaya adaptif dan berorientasi data.

1. Membangun Budaya Perbaikan Berkelanjutan yang Kuat

PDCA secara inheren mendorong budaya Kaizen (perbaikan terus-menerus). Alih-alih mencari solusi instan, PDCA mengajarkan tim untuk melihat setiap hasil, baik kegagalan maupun keberhasilan, sebagai data untuk perbaikan selanjutnya.

Catatan Penting

“Siklus Plan-Do-Check-Act (PDCA), sebuah landasan dari perbaikan berkelanjutan. Istilah Jepang untuk perbaikan berkelanjutan adalah Kaizen dan merupakan proses membuat perbaikan inkremental, sekecil apa pun, dan mencapai tujuan lean untuk menghilangkan semua pemborosan yang menambah biaya tanpa menambah nilai.”

– Jeffrey K. Liker

2. Peningkatan Produktivitas dan Efisiensi Operasional

Dengan pendekatan terstruktur pada fase Check dan Act, PDCA memaksa identifikasi dan eliminasi hambatan proses yang berlebihan atau tidak bernilai (pemborosan). 

Ini berarti sumber daya manusia dan waktu kerja dapat dialokasikan pada tugas-tugas yang benar-benar menghasilkan nilai.

Indikator Kinerja di HR Baseline Awal Target PDCA Persentase Peningkatan
Waktu Siklus Onboarding 10 Hari 6 Hari 40%
Tingkat Kesalahan Penggajian 5.5% 1.2% 78%
Tingkat Partisipasi Pelatihan 65% 90% 38%

3. Pengambilan Keputusan Berbasis Data

Inti dari PDCA adalah menghindari pengambilan keputusan berdasarkan asumsi. Tahap Check secara khusus menuntut pengumpulan dan analisis data konkret (Key Performance IndicatorsKPI) untuk memvalidasi efektivitas solusi yang diimplementasikan, memastikan investasi SDM selalu tepat sasaran.

Langkah langkah dalam Melakukan PDCA

Langkah-Langkah PDCA
Langkah-Langkah PDCA | Sumber: SmartSheet

Siklus PDCA terdiri dari 4 Fase utama (Plan, Do, Check, Act) yang berulang, menjadikannya Siklus 5 Langkah PDCA jika kita menghitung langkah awal identifikasi masalah sebagai bagian dari Plan.

1. Plan (Rencanakan)

Ini adalah fondasi yang kritis. Tanpa perencanaan yang spesifik dan terukur, langkah selanjutnya akan menjadi sia-sia.

a. Identifikasi dan Analisis Akar Masalah

Gunakan alat seperti Fishbone Diagram atau 5 Whys untuk menemukan penyebab utama, bukan sekadar gejala. 

Misalnya, tingginya turnover (pergantian karyawan) ∼25% per tahun di departemen IT. Analisis menunjukkan akarnya adalah proses pengembangan karier yang tidak jelas.

b. Penetapan Tujuan SMART

Tujuan perbaikan harus Spesifik, Measurable (Terukur), Achievable (Dapat Dicapai), Relevant (Relevan), dan Time-bound (Terikat Waktu).

Contoh: Tujuan SMART: Menurunkan turnover di departemen IT menjadi 10% dalam 6 bulan ke depan.

c. Pengembangan Rencana Aksi dan Metrik (KPI)

Tentukan siapa melakukan apa, kapan, dan bagaimana mengukur keberhasilan. Rencana Aksi: Meluncurkan program Career Pathing dan Mentoring terstruktur.

Baca Juga: Manpower Planning: Strategi MSDM yang Esensial, Ini Cara Menerapkannya!

2. Do (Lakukan/Implementasi)

Tahap ini adalah eksekusi rencana, idealnya dilakukan dalam skala kecil (Pilot Project) untuk meminimalkan risiko dan mengumpulkan data awal yang terkontrol.

a. Implementasi Skala Kecil

Terapkan rencana Career Pathing dan Mentoring hanya pada satu tim IT sebagai pilot project selama 6 bulan.

b. Pencatatan Data dan Observasi

Dokumentasikan setiap detail implementasi, termasuk tantangan yang muncul dan data kualitatif/kuantitatif (misalnya, tingkat partisipasi, jam mentoring, feedback awal). Mencatat hal yang tidak terduga di fase Do menjadi input vital untuk fase Check.

3. Check (Periksa/Evaluasi)

Inilah tahap analitis, di mana Anda membandingkan hasil aktual dari fase Do dengan tujuan yang ditetapkan di fase Plan. Ini adalah penentu keberhasilan Anda.

a. Pengukuran Data Kinerja Kunci dan Kepuasan

Langkah pertama adalah pengumpulan data kinerja dari periode pilot project selama 6 bulan. Pengukuran harus multidimensi:

  • Data Kuantitatif Utama: Ambil data Tingkat turnover aktual di tim pilot. Misalnya: Target 10%, Hasil Aktual 12%.
  • Data Kualitatif/Kepuasan: Lakukan survei anonim untuk mengukur tingkat kepuasan karyawan terhadap solusi (program Career Pathing dan kualitas mentor). Misalnya: Skor kepuasan program 4.0/5.0, tetapi kepuasan mentor hanya 2.8/5.0.

b. Analisis Gap dan Pembelajaran Kritis

Gunakan data yang dikumpulkan untuk melakukan analisis selisih (Gap Analysis) yang mendalam:

  • Identifikasi Selisih Angka: Meskipun terjadi penurunan signifikan dari baseline 25%, kegagalan mencapai target 10% (2% selisih) menunjukkan adanya bottleneck.
  • Analisis Kritis Berbasis Kualitas: Selisih tersebut dihubungkan dengan data kualitatif. Jika turnover mencapai 12%, tetapi kepuasan mentor rendah (2.8/5.0), ini adalah wawasan kritis. Hal ini berarti rencana dasar (membuat career path) sudah benar, namun eksekusi implementasi (kualitas mentor) yang lemah.

c. Penentuan Kesimpulan yang Jelas dan Terukur

Kesimpulan harus menjadi penentu logis untuk tindakan di fase Act:

  • Berhasil Penuh: Target tercapai atau terlampaui (misalnya, turnover ≤10%). Arahkan ke Act (Standardisasi).
  • Berhasil Parsial (Kasus Aktual: 12% turnover): Perbaikan signifikan terjadi, tetapi ada defisit spesifik (misalnya, mentor tidak kompeten). Arahkan ke Act (Tindakan Korektif dan Siklus Baru).
  • Gagal Total: Tidak ada perbaikan atau hasilnya memburuk. Arahkan ke Act (Menghentikan Rencana dan Mulai Plan Baru).

Baca Juga: 30 Contoh Komentar Penilaian Kinerja Karyawan dan Tipsnya!

4. Act (Tindak Lanjut/Standardisasi)

Fase terakhir ini menentukan langkah selanjutnya: apakah menstandarisasi perbaikan, atau memulai siklus baru dengan penyesuaian.

a. Standardisasi

Jika perbaikan berhasil (misalnya, turnover di tim pilot turun signifikan), jadikan rencana yang berhasil sebagai Standar Operasional Prosedur (SOP) baru. Segera perluas program Career Pathing dan Mentoring ke seluruh departemen.

b. Tindakan Korektif dan Siklus Baru

Jika tujuan belum tercapai, perbaiki rencana (misalnya, mengganti mentor, meningkatkan materi pelatihan) dan mulai siklus PDCA baru (kembali ke fase Plan).

Banner KantorKu HRIS
Pakai KantorKu HRIS Sekarang!

KantorKu HRIS bantu kelola absensi, payroll, cuti, slip gaji, dan BPJS dalam satu aplikasi.

Contoh Penerapan PDCA dalam Pengelolaan SDM

Berikut adalah perkiraan studi kasus spesifik mengenai upaya mengurangi keterlambatan kehadiran karyawan yang dioptimalkan melalui sistem ini.

1. Plan (Rencanakan)

Sebelum aksi perbaikan dilakukan, Anda harus memahami akar masalah dan merancang hipotesis solusi yang terukur. Inilah fase Plan, di mana keputusan strategis dan penetapan target yang jelas diletakkan sebagai fondasi.

a. Identifikasi Akar Masalah

Tim HR dan Manajer Penjualan menggunakan diagram Fishbone (Diagram Tulang Ikan) dan menemukan bahwa akar penyebab utama bukan pada kualitas produk, melainkan pada kurangnya kemampuan negosiasi dan manajemen waktu yang buruk di antara para staf penjualan junior.

b. Penetapan Tujuan SMART

Meningkatkan Closing Rate tim regional X dari 15% menjadi 20% dalam periode 3 bulan ke depan melalui program pelatihan terstruktur.

c. Rencana Aksi

Mengembangkan dan meluncurkan program pelatihan intensif selama 4 minggu yang berfokus pada teknik negosiasi lanjutan dan penggunaan alat Customer Relationship Management (CRM) untuk prioritas tugas harian.

2. Do (Lakukan/Implementasi)

Setelah rencana matang, saatnya menguji hipotesis. Fase Do adalah tahap eksekusi, idealnya dilakukan dalam skala kecil atau lingkungan terkontrol (Pilot Project) untuk meminimalkan risiko dan mengumpulkan data awal yang relevan.

  1. Implementasi Terkendali: Program pelatihan dilaksanakan hanya untuk tim regional X (uji coba skala kecil).
  2. Eksekusi Rencana: Semua staf penjualan junior di tim tersebut wajib mengikuti 4 sesi pelatihan dan diminta untuk menerapkan teknik baru tersebut selama 3 bulan.
  3. Pengumpulan Data: Selama periode 3 bulan, HR dan tim manajemen mencatat data Closing Rate mingguan dan mencatat umpan balik kualitatif dari manajer tim terkait tingkat kepatuhan staf dalam menggunakan alat CRM yang baru.

3. Check (Periksa/Evaluasi)

Fase Check adalah momen analitis di mana hasil aktual dari uji coba dibandingkan secara ketat dengan tujuan yang telah ditetapkan, menghindari bias dan pengambilan keputusan berdasarkan asumsi.

a. Pengukuran Kinerja

Setelah 3 bulan, data Closing Rate tim X dikumpulkan. Hasil aktual menunjukkan peningkatan menjadi 18%.

b. Analisis Gap Kritis

Meskipun ada perbaikan dari 15% ke 18%, target 20% belum tercapai. Tim melakukan analisis lebih lanjut dan menemukan:

  • Data Kuantitatif: Target terlampaui 2% (20% vs 18%).
  • Data Kualitatif: Survei menunjukkan staf penjualan senior (yang bertindak sebagai mentor) merasa pelatihan terlalu berfokus pada teori dasar, kurang pada skenario praktis yang kompleks.

c. Kesimpulan

Program pelatihan berhasil sebagian karena mampu meningkatkan kinerja, tetapi efektivitasnya dibatasi oleh desain materi yang kurang praktis.

4. Act (Tindak Lanjut/Standardisasi)

Setelah hasil dianalisis, saatnya mengambil keputusan final, apakah perbaikan berhasil? Fase Act memastikan perubahan yang sukses diintegrasikan menjadi standar operasional baru, atau, jika gagal, memulai siklus perbaikan baru dengan pembelajaran yang didapat.

a. Tindakan Korektif dan Siklus Baru

Berdasarkan temuan di fase Check, tim mengambil Tindakan Korektif. HR memutuskan untuk tidak menstandarisasi pelatihan yang ada, melainkan memodifikasi materinya agar 70% berbasis studi kasus dan role-playing kompleks.

b. Standardisasi (untuk Bagian yang Berhasil)

Teknik penggunaan CRM baru yang terbukti diterima baik oleh tim distandarisasi dan disosialisasikan ke seluruh tim penjualan nasional sebagai SOP baru.

c. Lanjutan

Siklus PDCA segera dimulai kembali (kembali ke fase Plan) dengan rencana pelatihan yang telah dimodifikasi, bertujuan kembali untuk mencapai target 20% di kuartal berikutnya.

Kekurangan PDCA

Meskipun keunggulannya banyak, PDCA juga memiliki tantangan spesifik dalam implementasinya yang harus Anda antisipasi:

1. Kemajuan yang Terkesan Lambat

Siklus PDCA bersifat iteratif dan sistematis. Hal ini bisa terasa lambat, terutama di organisasi yang terbiasa dengan keputusan cepat. 

Fase Plan dan Check sering memakan waktu lama untuk pengumpulan dan analisis data yang mendalam. Kemajuan yang inkremental (step-by-step) mungkin tidak cocok untuk krisis yang membutuhkan solusi cepat dan radikal.

2. Ketergantungan pada Komitmen dan Konsistensi

Efektivitas PDCA sangat bergantung pada komitmen manajemen puncak dan konsistensi seluruh tim

Jika fase Check dilewatkan (misalnya, hanya melihat hasil tanpa menganalisis akar masalah) atau fase Act tidak menstandarisasi perbaikan, siklus PDCA akan patah dan tidak menghasilkan perbaikan berkelanjutan.

3. Memerlukan Kultur Data yang Kuat

PDCA adalah metode berbasis data. Jika organisasi tidak memiliki sistem yang baik untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis data (misalnya, tidak menggunakan platform terintegrasi seperti HRIS), fase Check akan menjadi subjektif dan tidak akurat, merusak keseluruhan siklus.

Kelebihan PDCA

PDCA telah menjadi standar emas di banyak industri (manufaktur, layanan, teknologi) karena kelebihan-kelebihannya yang fundamental:

1. Fleksibilitas dan Skalabilitas Tinggi

PDCA dapat diterapkan pada masalah mikro (mengurangi bug dalam software) hingga makro (merevisi struktur organisasi) tanpa mengubah prinsip dasar siklusnya.

Hal ini menjadikannya alat manajemen yang sangat serbaguna, dapat diterapkan oleh startup hingga korporasi besar.

2. Mendorong Kepemilikan (Ownership) dan Kolaborasi

Karena PDCA menuntut partisipasi aktif dalam perencanaan (Plan) dan pengamatan di lapangan (Do), karyawan dari berbagai level terdorong untuk memiliki proses dan hasil. 

Ini meningkatkan komunikasi horizontal dan vertikal, mengubah masalah menjadi tanggung jawab bersama.

3. Meminimalkan Risiko Kegagalan

Dengan penekanan pada uji coba skala kecil di fase Do, PDCA memungkinkan organisasi menguji perubahan radikal tanpa mengganggu operasional utama. 

Kegagalan pun terjadi dalam lingkungan yang terkendali dan menjadi bahan pembelajaran yang murah yang kemudian diperbaiki di siklus berikutnya.

Tingkatkan Pengelolaan SDM di Perusahaan Anda Pakai Aplikasi KantorKu HRIS

Setelah Anda memahami betapa vitalnya siklus PDCA dalam mencapai efisiensi berkelanjutan, langkah selanjutnya adalah memastikan Anda memiliki alat yang tepat untuk menjalankan setiap fasenya dengan optimal, khususnya di departemen SDM.

KantorKu HRIS adalah jawaban modern untuk eksekusi PDCA yang data-driven di HR:

Absensi Karyawan
Tampilan Absensi KantorKu HRIS

  • Untuk Fase PLAN: KantorKu menyediakan Analitik dan Dashboard Real-Time yang menyajikan data turnover, absensi, dan biaya SDM secara akurat, memastikan perencanaan Anda selalu berbasis bukti, bukan tebakan.
  • Untuk Fase DO: Modul Otomatisasi Cuti, Absensi Geolocation, dan Payroll Otomatis memungkinkan Anda mengimplementasikan perubahan kebijakan (uji coba) dengan cepat dan konsisten di lingkungan yang terkendali.
  • Untuk Fase CHECK: Dengan fitur Laporan Kustom yang kuat, Anda dapat menarik data pasca-implementasi dan membandingkannya langsung dengan KPI di fase Plan tanpa hambatan spreadsheet manual yang memakan waktu.
  • Untuk Fase ACT: Ketika perubahan terbukti berhasil, KantorKu HRIS secara instan menjadi Standar Operasional Prosedur yang baru, mengotomatisasi proses yang telah disempurnakan dan memastikan perbaikan diterapkan secara permanen ke seluruh organisasi.

Jangan biarkan siklus PDCA Anda terhenti hanya karena data yang tidak akurat atau proses manual yang rumit. Segera integrasikan metodologi terbaik ini dengan teknologi terdepan. 

Segera hubungi tim KantorKu HRIS hari ini dan mulai coba demo gratis untuk langsung implementasi kemudahannya!

kantorku hris
Bagikan

Related Articles

Organizational Development: Jenis, Job Desc & Bedanya dengan HRD

Apa yang dimaksud dengan organizational development? OD adalah bidang yang fokusnya mengembangkan organisasi. Pahami jenis, job desc dan fungsinya!

Good Corporate Governance: Arti, Prinsip, Tujuan & Contohnya

GCG adalah tata kelola perusahaan yang memastikan transparansi dan akuntabilitas manajemen. Pelajari arti, prinsip & tujuan penerapannya.

10 Contoh Tenaga Kerja Terlatih dan Keunggulannya Bagi Perusahaan!

Cek 10 contoh tenaga kerja terlatih beserta perannya di perusahaan, mulai dari tukang listrik, teknisi AC, sopir, mekanik, dan lainnya.