10 Cara Menghitung Gaji Bersih Karyawan Tetap hingga Harian [+ Gratis Template]
Pelajari komponen menghitung gaji bersih karyawan (gaji pokok, tunjangan, bonus) dan potongan (PPh 21, BPJS) beserta rumus sederhananya.
Table of Contents
Hitung gaji bersih merupakan sebuah proses penting dalam pengelolaan SDM yang mencerminkan transparansi dan kepatuhan perusahaan terhadap regulasi ketenagakerjaan.
Gaji bersih bukanlah gaji pokok, melainkan nominal akhir yang diterima karyawan setelah dikurangi pajak penghasilan (PPh 21), BPJS, potongan absensi, hingga iuran pensiun jika ada.
Memahami cara menghitung gaji bersih sebulan dapat membantu Anda menghindari potensi kesalahan dalam proses penggajian.
Apa itu Gaji Bersih

Melansir dari Santander gaji bersih adalah jumlah yang diterima karyawan setelah dipotong pajak, BPJS, dan kewajiban lainnya. Dalam slip gaji, angka ini biasanya lebih rendah dari gaji gross karena sudah dikurangi berbagai potongan.
Perusahaan juga perlu mempertimbangkan insentif tambahan seperti uang lembur atau bonus. Maka dari itu, cara menghitung gaji bersih sebulan harus menyesuaikan dengan kebijakan internal dan komponen variabel lainnya.
Komponen Gaji Kotor
Dalam proses menghitung gaji bersih, Anda perlu memahami terlebih dahulu komponen gaji kotor. Gaji kotor atau gaji gross adalah total penghasilan sebelum dipotong pajak, BPJS, dan kewajiban lain.
Berikut beberapa komponen utamanya:
1. Gaji Pokok
Gaji pokok merupakan upah dasar yang ditentukan berdasarkan jabatan, tanggung jawab, dan kesepakatan dalam kontrak kerja. Semakin tinggi jabatan, biasanya semakin besar nilai gaji pokok yang diterima karyawan.
2. Tunjangan
Tunjangan adalah tambahan penghasilan di luar gaji pokok. Bisa bersifat tetap seperti tunjangan keluarga, atau tidak tetap seperti tunjangan makan dan transportasi. Besarannya tergantung pada kebijakan masing-masing perusahaan.
3. Uang Lembur
Diberikan kepada karyawan yang bekerja melebihi jam kerja normal. Kompensasi ini termasuk dalam pendapatan insidental dan dapat memengaruhi total gaji kotor yang diterima.
4. Komponen Potongan
Meskipun bukan bagian dari gaji kotor, pemotongan seperti PPh 21, iuran BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, serta iuran pensiun menjadi faktor pengurang saat menghitung gaji bersih. Oleh karena itu, penting untuk mencatat potongan ini dari nilai gaji kotor.
Komponen Potongan Gaji
Dalam proses menghitung gaji bersih, Anda tidak hanya perlu menjumlahkan komponen pendapatan, tetapi juga memperhatikan potongan wajib yang berlaku sesuai peraturan.
Potongan ini bersifat mengikat dan telah diatur dalam berbagai regulasi ketenagakerjaan maupun perpajakan. Berikut beberapa jenis potongan gaji karyawan yang umum diterapkan di perusahaan:
1. PPh 21
Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21) merupakan potongan wajib yang dikenakan atas penghasilan karyawan. Besarnya pajak ini tergantung pada penghasilan bruto, tunjangan, dan status PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak).
Ketentuan tentang PPh 21 tercantum dalam UU No. 36 Tahun 2008, PMK 168/2023, dan Perdirjen Pajak PER-32/PJ/2015. Tarif pajaknya progresif, sehingga makin besar pendapatan, makin besar pula potongannya.
2. BPJS Kesehatan
Potongan lain yang harus diperhitungkan adalah iuran BPJS Kesehatan. Berdasarkan Perpres No. 75 Tahun 2019, total iuran BPJS Kesehatan adalah 5% dari gaji bulanan. Dari total tersebut, 4% ditanggung oleh perusahaan dan 1% dipotong dari gaji karyawan setiap bulannya.
3. BPJS Ketenagakerjaan: Jaminan Hari Tua (JHT)
Program Jaminan Hari Tua (JHT) bertujuan menjamin karyawan memiliki simpanan saat memasuki masa pensiun. Iurannya sebesar 5,7% dari gaji, di mana 3,7% dibayar perusahaan dan 2% dipotong dari gaji karyawan.
Potongan ini bersifat rutin dan menjadi bagian penting dalam perencanaan keuangan karyawan jangka panjang.
4. BPJS Ketenagakerjaan: Jaminan Pensiun
Berbeda dengan JHT, program Jaminan Pensiun bertujuan memberi penghasilan berkala setelah karyawan pensiun.
Iuran totalnya sebesar 3% dari gaji bulanan, di mana 2% dibayar oleh perusahaan dan 1% ditanggung karyawan melalui pemotongan gaji.
5. BPJS Ketenagakerjaan: JKK dan JKM
Dua program lain dari BPJS Ketenagakerjaan adalah Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM). Kedua potongan ini tergolong kecil, masing-masing sekitar 0,24% untuk JKK dan 0,3% untuk JKM.
Biasanya potongan ini ditanggung penuh oleh perusahaan, namun tetap menjadi bagian dari perhitungan total beban gaji.
Langkah & Rumus Menghitung Gaji Bersih
Memahami cara menghitung gaji bersih sebulan sangat penting, terutama bagi HR atau pelaku usaha yang bertanggung jawab atas kelancaran proses payroll.
Dengan perhitungan yang tepat, Anda bisa memastikan bahwa nominal yang diterima karyawan sesuai dengan perjanjian kerja serta bebas dari kesalahan administratif yang bisa berdampak pada kepercayaan karyawan.
1. Hitung Gaji Kotor (Gross Salary)
Gaji kotor adalah total pendapatan sebelum dipotong kewajiban apa pun. Lalu, jumlahkan seluruh komponen ini untuk mendapatkan nilai gaji kotor.
2. Hitung Total Potongan
Berikutnya, kalkulasikan semua komponen pemotongan yang berlaku pada karyawan. Pastikan Anda menggunakan persentase potongan yang sesuai dengan regulasi yang berlaku.
3. Hitung Gaji Bersih (Net Salary)
Secara garis besar, perhitungannya akan mengikuti rumus sebagai berikut:
Gaji bersih = (gaji pokok + tunjangan + pendapatan insidental) – total potongan gaji
Contoh Cara Menghitung Gaji Bersih
1. Contoh Menghitung Gaji Bersih pada Umumnya

Bayu adalah karyawan tetap di sebuah perusahaan manufaktur. Ia menerima gaji pokok sebesar Rp7.500.000 setiap bulan. Selain itu, ia memperoleh tunjangan makan dan transportasi senilai Rp750.000. Di bulan ini, Bayu juga mendapatkan insentif lembur sebesar Rp400.000.
Sebagai bagian dari kewajibannya, Bayu dikenakan potongan BPJS sebesar Rp250.000 dan pajak penghasilan (PPh 21) sebesar Rp300.000.
Berikut rincian penghitungan gaji bersih Bayu:
- Gaji pokok: Rp7.500.000
- Tunjangan tetap: Rp750.000
- Pendapatan insidental (lembur): Rp400.000
- Potongan BPJS: Rp250.000
- Potongan PPh 21: Rp300.000
Rumus:
Gaji bersih = (Rp7.500.000 + Rp750.000 + Rp400.000) – (Rp250.000 + Rp300.000)
Gaji bersih = Rp8.650.000 – Rp550.000
Gaji bersih = Rp8.100.000
Kesimpulan:
Dengan demikian, Bayu akan menerima take home pay sebesar Rp8.100.000 pada bulan tersebut.
Perhitungan ini bisa menjadi lebih kompleks apabila ada tambahan seperti pinjaman karyawan, potongan absensi, atau bonus tahunan.
2. Gaji Bersih Tanpa Potongan

Pak Adi adalah seseorang yang bekerja di perusahaan makanan ringan. Ia mendapat gaji pokok, tunjangan makan dan transportasi, serta bonus prestasi. Perusahaan tidak mengenakan potongan apapun, jadi semua penghasilan bisa diterima utuh.
Komponen penghasilan:
- Gaji pokok: Rp7.000.000
- Tunjangan makan: Rp500.000
- Tunjangan transportasi: Rp300.000
- Bonus prestasi: Rp5.500.000
Perhitungan:
Gaji bersih = Rp7.000.000 + Rp500.000 + Rp300.000 + Rp5.500.000 = Rp13.300.000
Kesimpulan:
Pak Adi menerima Rp13.300.000 secara penuh karena tidak ada potongan gaji sama sekali.
3. Gaji Bersih + PPh 21
Pak Bayu adalah staf senior di perusahaan ritel nasional. Ia menerima gaji pokok dan tunjangan tetap bulanan.
Sebagai karyawan tetap tanpa tanggungan, penghasilan Pak Bayu dikenai PPh 21 berdasarkan tarif pajak progresif. Selain itu, perusahaan juga memotong iuran BPJS yang besarnya mengikuti peraturan pemerintah.
Komponen penghasilan:
- Gaji pokok: Rp9.000.000
- Tunjangan tetap: Rp1.000.000
Potongan:
- BPJS: Rp450.000
- PPh 21: Rp185.000
Perhitungan:
Gaji kotor = Rp9.000.000 + Rp1.000.000 = Rp10.000.000
Gaji bersih = Rp10.000.000 – Rp450.000 – Rp185.000 = Rp9.365.000
Kesimpulan:
Dengan potongan pajak dan iuran, gaji bersih Pak Bayu menjadi Rp9.365.000.
4. Gaji Bersih Karyawan Tidak Tetap Bulanan
Maya adalah karyawan kontrak yang bekerja di startup digital selama masa proyek berdurasi 6 bulan. Ia menerima gaji pokok tetap dan bonus performa bulanan, namun tidak mendapatkan tunjangan tetap.
Perusahaan tetap memberlakukan potongan untuk BPJS dan pajak sesuai ketentuan karyawan tidak tetap.
Komponen penghasilan:
- Gaji pokok: Rp4.500.000
- Bonus: Rp500.000
Potongan:
- BPJS: Rp200.000
- PPh 21: Rp250.000
Perhitungan:
Gaji kotor = Rp4.500.000 + Rp500.000 = Rp5.000.000
Gaji bersih = Rp5.000.000 – Rp200.000 – Rp250.000 = Rp4.550.000
Kesimpulan:
Gaji bersih yang diterima Maya bulan ini adalah Rp4.550.000, setelah potongan.
5. Gaji Bersih Dua Lajur (Tetap + Insidental)
Bu Dita bekerja sebagai staf administrasi di perusahaan logistik. Setiap bulan, ia menerima gaji pokok dan tunjangan tetap.
Pada bulan ini, ia juga mendapat tambahan penghasilan berupa lembur dan bonus kinerja karena berhasil menyelesaikan proyek lebih cepat dari target.
Namun, dari total pendapatannya, perusahaan tetap memotong iuran BPJS dan pajak penghasilan (PPh 21) sesuai peraturan yang berlaku.
Komponen penghasilan:
- Gaji pokok: Rp5.000.000
- Tunjangan tetap: Rp1.000.000
- Lembur: Rp600.000
- Bonus KPI: Rp1.000.000
Potongan:
- BPJS: Rp250.000
- PPh 21: Rp200.000
Perhitungan:
Gaji kotor = Rp5.000.000 + Rp1.000.000 + Rp600.000 + Rp1.000.000 = Rp7.600.000
Gaji bersih = Rp7.600.000 – Rp250.000 – Rp200.000 = Rp7.150.000
Kesimpulan:
Setelah dikurangi potongan wajib, Bu Dita menerima gaji bersih sebesar Rp7.150.000 bulan ini.
6. Gaji Bersih Harian Lepas
Andi saati ini bekerja sebagai karyawan harian lepas di proyek pembangunan infrastruktur. Ia dibayar berdasarkan jumlah hari kerja efektif dalam sebulan.
Selama bulan ini, Andi bekerja selama 20 hari. Ia juga dikenai potongan iuran BPJS secara proporsional oleh perusahaan sesuai ketentuan tenaga kerja lepas.
Komponen penghasilan:
- Upah harian: Rp170.000
- Hari kerja: 20 hari → Rp3.400.000
Potongan:
- BPJS: Rp120.000
Perhitungan:
Gaji bersih = Rp3.400.000 – Rp120.000 = Rp3.280.000
Kesimpulan:
Dengan total kerja 20 hari dan potongan BPJS, Andi menerima gaji bersih Rp3.280.000.
7. Gaji Bersih dengan Potongan Pinjaman
Toni adalah karyawan tetap yang meminjam dana kasbon sebesar Rp3.000.000 dari kantor. Pinjaman tersebut akan dicicil selama 6 bulan.
Selain itu, Toni juga dikenai potongan BPJS dan pajak sebagaimana karyawan tetap lainnya.
Komponen penghasilan:
- Gaji pokok: Rp6.000.000
- Tunjangan tetap: Rp1.000.000
Potongan:
- BPJS: Rp300.000
- PPh 21: Rp250.000
- Cicilan pinjaman: Rp500.000
Perhitungan:
Gaji kotor = Rp7.000.000
Gaji bersih = Rp7.000.000 – Rp1.050.000 = Rp5.950.000
Kesimpulan:
Setelah potongan kasbon, pajak, dan BPJS, Toni menerima gaji bersih Rp5.950.000.
8. Gaji Bersih Karyawan Paruh Waktu
Nadia adalah mahasiswi yang bekerja paruh waktu di sebuah coworking space sebagai staf resepsionis. Ia bekerja selama 4 jam per hari, 5 hari seminggu.
Gaji dihitung berdasarkan jam kerja, dan ia tetap terdaftar sebagai peserta BPJS sehingga ada potongan kecil tiap bulannya.
Komponen penghasilan:
- Jam kerja: 80 jam
- Upah per jam: Rp25.000 → Rp2.000.000
Potongan:
- BPJS: Rp50.000
Perhitungan:
Gaji bersih = Rp2.000.000 – Rp50.000 = Rp1.950.000
Kesimpulan:
Nadia membawa pulang gaji bersih sebesar Rp1.950.000 setelah potongan BPJS.
9. Gaji Bersih Setelah Cuti Tidak Dibayar
Sari adalah staf keuangan yang bulan ini mengambil cuti selama 4 hari karena alasan pribadi. Namun, cuti tersebut di luar jatah tahunan dan termasuk kategori unpaid leave, sehingga perusahaan memotong gajinya secara proporsional.
Komponen penghasilan:
- Gaji pokok: Rp6.600.000
- Potongan cuti: 4 hari × Rp300.000 = Rp1.200.000
Potongan lainnya:
- BPJS dan PPh 21: Rp500.000
Perhitungan:
Gaji bersih = Rp6.600.000 – Rp1.200.000 – Rp500.000 = Rp4.900.000
Kesimpulan:
Gaji bersih Sari menurun menjadi Rp4.900.000 akibat cuti tanpa dibayar.
10. Gaji Bersih dengan Bonus dan Komisi
Lina adalah tenaga sales di perusahaan asuransi. Ia mendapatkan gaji pokok tetap, komisi dari hasil penjualan, dan bonus bulanan bila target tercapai. Karena penghasilannya tinggi bulan ini, potongan pajak dan BPJS pun turut meningkat.
Komponen penghasilan:
- Gaji pokok: Rp4.000.000
- Komisi: Rp1.500.000
- Bonus target: Rp2.000.000
Potongan:
- BPJS dan PPh 21: Rp650.000
Perhitungan:
Gaji kotor = Rp7.500.000
Gaji bersih = Rp7.500.000 – Rp650.000 = Rp6.850.000
Kesimpulan:
Dengan pencapaian yang tinggi, Lina membawa pulang gaji bersih sebesar Rp6.850.000.
Untuk semakin mempermudah proses ini, disarankan menggunakan sistem HRIS KantorKu yang mampu menghitung otomatis seluruh komponen penggajian secara real-time dalam satu dashboard online.
Tips Akurat dalam Menghitung Gaji Bersih
Berikut adalah beberapa tips untuk menghitung sebuah gaji bersih di perusahaan Anda agar mendapatkan hasil yang akurat:
1. Gunakan Tarif Efektif Rata-rata (TER)
Sejak terbitnya PMK 168 Tahun 2023, metode perhitungan PPh 21 berubah. Sekarang wajib pakai Tarif Efektif Rata-rata (TER) yang disesuaikan dengan penghasilan setahun dan status PTKP.
Jadi, Anda tak lagi pakai tarif progresif bulanan. Pastikan Anda sudah update metode perhitungan ini agar tidak keliru ketika menghitung pajak.
2. Hitung Penghasilan Neto dengan Biaya Jabatan
Sebelum menghitung pajak, penghasilan bruto harus dikurangi terlebih dahulu dengan biaya jabatan (maksimal 5% dari gaji, atau Rp500.000/bulan) dan iuran wajib seperti BPJS.
Hasil pengurangan ini disebut penghasilan neto yang jadi dasar perhitungan pajak. Jika sampai salah langkah di sini, dampaknya bisa sampai ke akurasi PPh 21.
3. Konsisten Gunakan Skala Waktu
Sering kali gaji dihitung per bulan, tapi pajak tetap dihitung tahunan. Maka agar hasilnya konsisten, biasakan pakai skala waktu yang sama: hitung total penghasilan dan potongan secara tahunan, baru dibagi 12 untuk hasil bulanan.
Hal Ini bisa membantu Anda untuk dapat perhitungan yang adil dan tidak timpang.
4. Bedakan Komponen Tetap & Tidak Tetap
Gaji pokok, tunjangan jabatan, dan tunjangan transportasi tetap dihitung sebagai penghasilan tetap. Sementara itu, bonus tahunan, uang lembur, dan insentif lain masuk kategori penghasilan tidak tetap.
Oleh karena itu, komponen tidak tetap biasanya dikenakan pajak saat diterima. Jadi, jangan campur aduk saat menghitungnya.
5. Patuhi Batas Maksimum Potongan BPJS
Perlu diingat, BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan punya batas maksimum upah yang dikenakan iuran. Misalnya, BPJS Kesehatan hanya dikenakan pada gaji maksimal Rp12.000.000/bulan.
Jika gaji di atas itu, kelebihannya tidak dikenai potongan. Ini penting banget supaya perhitungan tidak berlebihan.
6. Pakai Alat Hitung yang Terupdate
Apabila Anda masih pakai template Excel lama, bisa-bisa perhitungannya sudah tidak lagi relevan.
Untuk saat ini, lebih baik pakai tools atau software payroll KantorKu yang selalu mengikuti regulasi terbaru. Jadi Anda tidak perlu repot lagi hitung manual, dan risiko salah pun bisa diminimalkan.
7. Transparansi Slip Gaji
Pastikan setiap komponen gaji dan potongan dicantumkan secara rinci di slip gaji. Transparansi ini penting untuk menjaga kepercayaan karyawan, sekaligus menghindari miskomunikasi yang bisa membuat runyam urusan payroll.
8. Update Saat Status Karyawan Berubah
Jika ada perubahan status karyawan, misalnya menikah, punya anak, atau naik jabatan, jangan lupa untuk langsung memperbaharui datanya di sistem.
Hal ini akan mempengaruhi perhitungan PTKP, tunjangan, dan potongan. Jangan sampai perhitungan gaji tetap pakai data lama.
Pakai Software Payroll KantorKu untuk Menghitung Gaji Bersih Karyawan Anda
Menghitung gaji bersih karyawan kini tidak perlu kagi dilakukan secara manual satu-satu seperti dulu.
Dengan software payroll KantorKu, Anda dapat menghitung gaji bersih secara otomatis, sesuai struktur gaji, regulasi pajak terkini, dan potongan BPJS.
Cukup masukkan komponen gaji dan data karyawan, sistem akan langsung menghasilkan rincian gaji bersih lengkap beserta slip digital. Lebih efisien, minim kesalahan, dan 100% patuh regulasi.
Yuk Coba Software Payroll KantorKu
untuk Penggajian Otomatis Karyawan Anda!

Related Articles

PHK karena Mangkir: Aturan, Dasar Hukum, dan 5 Contoh Suratnya!

Cara Hitung Gross Up PPh 21, Rumus, & Contoh Perhitungannya!
